Selasa, 07 Maret 2017

LAPORAN SOSIOLOGI PENYULUHAN




LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG
SOSIOLOGI MASYARAKAT DAN ILMU PENYULUHAN PETERNAKAN
(1310)

 Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Sosiologi Masyarakat dan Ilmu Penyuluhan Peternakan (Jurusan Ilmu Peternakan
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar





MUH DADANG KURNIAWAN
60700114073





JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
                                                                             2015

BAB 1
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
          Penyuluhan pada dasarnya adalah pendidikan dimana target/sasarannya yaitu para petani/peternak harus mengalami perubahan perilaku, dari mulai aspek yang bersifat kognitif, afektif dan akhirnya psikomotorik.Manusia sebagai mahluk individual mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya, sedangkan sebagai mahluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.
Dengan adanya dorongan atau motif sosial, manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau untuk mengadakan interaksi. Dengan demikian, maka akan terjadi interaksi antara manusia dengan manusia yang lain. Kegiatan penyuluhan banyak melibatkan pertimbangan nilai.Tidak jarangpenyuluh dihadapkan pada keharusan memberi informasi tidak saja demi kepentinganpetani sendiri tetapi juga untuk kepentingan masyarakatnya secara keseluruhan.
Dengan demikian, dari penyuluh diinginkan kemampuannya untuk dapat mendorongpetani belajar sekaligus melakukan perubahan perilaku sasaran tanpa mengabaikan falsafah, etika dan prinsip penyuluhan. Hal ini penting dilakukan demi tercapainya tujuan penyuluhan itu sendiri.
2.    Rumusan Masalah
Bagaimana cara melihat dan mengetahui secara langsung bagaimana pertukaran sosial dalam interaksi sosial individu dan kelompok dalam kelembagaaan masyarakat peternak dan petani di desa Bontolangkasa Kecamatan Bontonomppo Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
3.      Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktek lapang sosiologi peternakan ini adalah untuk memperoleh pengetahuan tentang  bagaimana pertukaran sosial dalam interaksi sosial individu dan kelompok dalam  kelembagaaan masyarakat peternak dan petani di desa Bontolangkasa Kecamatan Bontonomppo Kabupaten Gowa, dan membandingkan dengan teori yang didapatkan dalam perkuliahan.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.   Tinjauan Umum
1.1  Pengertian Sosiologi
                  Berikut ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan       beberapa ahli
1.1.1        Emile Durkheim
    sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berfikir dan berperasaan yang berada di luar individu dimana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu (Sukamto, 2002).
1.1.2        Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
       Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial termasuk perubahan social (Sukamto, 2002).
1.1.3   Soejono Soekamto
                    Sosiologi adalah ilmi yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat (Sukamto, 2002).


1.1.4        William Kornblum
       Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat  dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi (Soelaeman, 2005).
1.1.5        Roucek dan Warren
      Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompok social (Soelaeman,M.2005).
1.2  Penyuluhan Masyarakat.
                          Penggunaan istilah “penyuluhan” di Indonesia akhir-akhir ini semakin semarak. Pemicunya adalah, karena penggunaan istilah penyuluhan dirasa semakin kurang diminati atau kurang dihargai oleh masyarakat. Hal ini, disebabkan karena penggunaan istilah penyuluhan yang kurang tepat, terutama oleh banyak kalangan yang sebenarnya “tidak memahami” esensi makna yang terkandung dalam istilah penyuluhan itu sendiri. Di lain pihak, seiring dengan perbaikan tingkat pendidikan masyarakat dan kemajuan teknologi informasi, peran penyuluhan semakin menurun dibanding sebelum dasawarsa delapan-puluhan (Van den Ban, 1999).
           Beberapa disiplin ilmu social telah memberikan sumbangan yang berarti dalam pengembangan dan pendidikan penyuluhan, termasuk pengambilan keputusan, komunikasi, psikologi belajar, perubahan sikap dan persepsi serta penyebaran dan pemakaian inovasi. Bertitik tolak pada didiplin ilmu tersebut (Van den Ban, 1999).
 Berdasarkan teori di atas maka adapun ayat yang berkaitan dengan sosiologi dan penyuluhan yaitu Q.S Al-Hujurat ayat 13:
  $pkšr'¯»tƒâ¨$¨Z9$#$¯RÎ)/ä3»oYø)n=yz`ÏiB9x.sŒ4Ós\Ré&uröNä3»oYù=yèy_ur$\/qãè䩟@ͬ!$t7s%ur(#þqèùu$yètGÏ94¨bÎ)ö/ä3tBtò2r&yYÏã«!$#öNä39s)ø?r&4¨bÎ)©!$#îLìÎ=tã׎Î7yzÇÊÌÈ
Terjemahnya:
   Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.


              Maksud dari ayat di atas adalah Allah menegaskan bahwa Dia mahakuasa menciptakan manusia yang pluralistic, beraneka bangsa, suku, bahasa, adat istiadat, budaya dan warna kulit. Keaanekaragaman dan kemajemukan manusia itu bukan dimaksudkan untuk memecah belah manusia, agar semuanya saling mengenal, bersilaturahmi, berkomunikasi, memberi dan menerima.
Kaitan antara ayat tersebut dengan sosiologi dan penyuluhan bahwa dengan bersosialisi dan melakukan penyuluhan dapat saling mengenal, mengetahui masyarat serta berkomunikasi dalam suatu tujuan bersama.
2.    Tinjauan Khusus
2.1  Penyuluhan dan peranannya
            Peran penyuluhan dalam meningkatkan produksi peternakan dan perubahan perilaku petani peternak adalah sebuah komponene yang sangat penting, peranan penyuluhan pertanian adalah sebagai fasilitator, motivator dan sebagai pendukung gerak usaha petani sehingga petani dapat berusaha tani lebih baik dengan memperhatikan kelestarian dari sumber daya alam. Hal ini sejalan dengan pendapat Mardikanto (2009), bahwa penyuluhan adalah proses perubahan social, ekonomi, dan politik. Untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama parsitipatin, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholders (Individu kelompok dan kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri dan partisipatin semakin sejahtera secara berkelanjutan.
2.1. Penyuluhan Sebagai Proses Penyebar-Luasan Informasi
                         Sebagai terjemahan dari kata “extension”, penyuluhan dapat diartikan sebagai prosespenyebarluasan yang dalam hal ini, merupakan peyebarluasan informasi tentang ilmupengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan oleh perguruan tinggi ke dalampraktek atau kegiatan praktis.Implikasi dari pengertian ini adalah Sebagai agen penyebaran informasi, penyuluh tidak boleh hanya menunggu aliran informasi dari sumber-sumber informasi (peneliti, pusat informasi, institusi pemerintah, dll) melainkan harus secara aktif berburu informasi yang bermanfaat dan atau dibutuhkan oleh masyarakat yang menjadi kliennya. Dalam hubungan ini, penyuluh harus mengoptimalkan peman-faatan segala sumberdaya yang dimiliki serta segala media/ saluran informasi yang dapat digunakan (media-masa, internet, dll) agar tidak ketinggalan dan tetap dipercaya sebagai sumber informasi “baru” oleh kliennya.
2.3  Penyuluhan Sebagai Proses Penerangan/Pemberian Penjelasan
               Penyuluhan yang berasal dari kata dasar “suluh” atau obor, eskaligus sebagai terjemahan dari kata “voorlichting” dapat diartikan sebagai kegiatan penerangan atau memberikan terang bagi yang dalam ke-gelapan. Sehingga, penyuluhan juga sering diartikan sebagai kegiatan penerangan. Sebagai proses penerangan, kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas pada memberikan penerangan, tetapi juga menjelaskan mengenai segala informasi yang ingin disampaikan kepada kelompok-sasaran yang akan menerima manfaat penyuluhan (beneficiaries), sehingga mereka benar-benar memahaminya seperti yang dimaksudkan oleh penyuluh atau juru-penerangnya.
2.4 Penyuluhan peternakan
                   Ternak ini semula hewan liar yang didomestikasi (jinakkan) untuk dipelihara yang dimanfattkan tenaganya untuk bekerja. Dengan berkembangnya teknologi sapi memiliki banyak manfaat baik dari daging, susu maupun kotoran yang dihasilkannya.
Hampir setiap negara di dunia memiliki ternak sapi tetapi hanya berbeda jenis yang diternakkan, peternak bisa menghasilkan turunan sapi yang berkualitastinggi baik dari kualitas daging maupun susu dengan cara persilangan. Di Indonesia terdapat sapi pedaging dan penghasil susu (sapi pera) yang tersebar dibeberapa daerah. Jenis sapi pedaging yang umum diternakkan oleh masyarak adalah jenis sapi Bali yang dimanfaatkan daging dan tenaga dalam bidang pertanian oleh masyarak yang masih dalam golongan tradisional.
Ternak Sapi merupakan salah satu aset petani yang sangat berharga.Di samping sebagai tabungan, Sapi juga sebagai penghasil daging yang tinggi kandungan protein dan rendah kolesterol dan trigeliserida dan dapat dibuat dalam bentuk produk olahan, seperti Sosis. Ternak sapi memiliki banyak manfaat yang bisa di jadikan sebagai bahan penunjang kehidupdn masyarakat.
      Adapun ayat yang berkaitan dengan peternakan yaitu Q.S An-Nahl ayat 5:
zO»yè÷RF{$#ur$ygs)n=yz3öNà6s9$ygŠÏùÖäô$ÏŠßìÏÿ»oYtBur$yg÷YÏBurtbqè=à2ù's?ÇÎÈ
Terjemahan :
dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan.

          Berdasarkan ayat di atas menjelaskan bahwa manfaat dan kegunaan hewan dan binatang ternak bagi manusia.Kulit dan binatang dapat dimanfaatkan untuk sepatu dan pakaian.Adapun daging dan air susunya dapat dijadikan makanan.Punggung hewan juga dapat dimanfaatkan untuk mengangkut barang atau melakukan perjalanan. Kaki binatang dapat dimanfaatkan membajak sawah dan dapat membantu dalam proses peternakan.







BAB III
METODE PRAKTEKLAPANG

1.      Jenis dan  Lokasi Praktek Lapang
1.1  Waktu dan Tempat
            Kegiatan praktek lapang Sosiologi Masyarakat dan Ilmu Penyuluhan Peternakan, dilaksanakan pada tanggal jum’at 5 Juni 2015, yang bertempat di Desa Bontolangkasa Kecamatan Bontonomppo Kabupaten Gowa.
2.      Metode Pengumpulan Data
1.1        Metode Wawancara
Metode yang dilakukan adalah wawancara langsung dengan responden. Untuk memudahkan proses wawancara tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan kuisioner atau daftar pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan kebutuhan penelitian.
3.      Populasi Praktek Lapang
3.1  Data Populasi Ternak
            Adapun jenis dan populasi jenis ternak yang dimiliki ataupun yang diusahakan oleh masyarakat di Desa Bontolangkasa Kecamatan Bontonompo adalah sapi yang berjumlah kurang lebih 40 ekor.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pengamatan
1.1.  Lokasi Geografis Praktikum
  Desa Bontolangkasa memiliki batas-batas wilayahnya yaitu :
-Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sengkang
-Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Manjapai
-Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Barembeng
-Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tindang
            Desa Bontolangkasa terletak diKecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa.Secara umum keadaan topografi Desa Bontolangkasa  adalah daerah dataran yang agaktinggi. desa ini berada pada wilayah dengan topografi yang tinggi. Secara keseluruhan wilayah Desa Bontolangkasaberada pada ketinggian antara 50 – 90 meter dari permukaan laut.
              Berdasarkan letak desa ini yang tinggi sehingga irigasi tidak bisa mengalir masuk dan jalan satu-satunya yang dilakukan masyarakat adalah menggunakan sumur bor sebagai sumber mata air yang digunakan untk kebutuhan rumah tangga dan bertani.
                 Dilihat dari kondisi objektif penggunaan lahan yang meliputi topografi daerah dan kondisi fisik lainnya, penggunaan lahan diDesa Bontolangkasa, Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa secara garis besar dapat dibedakan atas persawahan dan ladang, pemukiman, pekuburan, dan lainnya.
1.2. Gambaran Umum Kelompok Tani Parampunganta
Kelompok tani Parapunganta berdari pada tahun 1982 dan sekarang kelompok tani ini diketuai oleh ........... . Kelompok tani parapunganta mengalami perkembangan pesat, sekarang kelompok taniparapunganta memiliki ternak kurang lebih dari 40 ekor sapi. Pengelola kelompok tani mempunyai keterampilan dalam memanfaatkan kotoran sapi (urin dan vases) yang diolah menjadi pupuk cair dan Biogas.
1.3. Penyuluhan Masyarakat
Penyuluhan ini dilaksanakan di Desa Bontolangkasa, Kecematan Bontonompo, Kabupaten Gowa untu mengamati Masyarakat dan kelompok tani. Pada masyarakat dilakukan sebuah metode wawancara terhadap responden yang bernama Syamsia tentang aktivitas beternak dan bertani serta hal lain yang menyangkut kehidupan. Menurut responden pekerjaan utamanya adalah bertani (padi dan sayur-sayuran), Praktikum juga mengajukan pertanyaan tentang letak geografis yang bisa di jadikan sebagai sumber acuan dalam penyusunan laporan. Selain masyarakat praktikum juga mengamati kelompok tani Parapunganta tentang pembuatan Biogas dan Pupuk cair yang secara langsung diperlihatkan dan diuraikan bagaimana proses awal hingga menjadi Biogas dan pupuk cair yang bisa digunakan dalam rumah tangga dan para petani. Menerut hasil Wawancara dari responden yang berpandapat bahwa kualitas pupuk cair lebih bagus dari pada pupuk Urea yang umum dipakai oleh masyarakat.
2. Pembahasan
2.1  Pupuk Cair
Pupuk cair tidak bisa dijadikan pupuk utama dalam bercocok tanam.Sebaiknya gunakan pupuk organic padat sebagai pupuk utama.Jenis pupuk cair lebih efektif dan efisien jika diaplikasikan pada daun, bunga dan batang dibanding pada media tanam (kecuali pada metode hidroponik).Pupuk cair bisa berfungsi sebagai perangsang tumbuh.Terutama saat tanaman melai bertunas atau saat perubahan dari fase vegetative ke generative untuk merangsang pertumbuhan buah dan biji.
Dalam pembuatan pupuk ini diperlukan beberapa proses yang lama untuk menghasilkan pupuk cair. Proses pertama urin dicampur dengan veses dengan perbandingan 1:3 kemudian diaduk dalam sebuah tempat hingga merata kemudian di alirkan kedalam bak penampungan dan mengalir pada penampungan selanjutnya. Proses kedua urin dan veses yang telah diaduk kemudian disaring agar terpisah dari  gumpalan-gumpalan (padat)  veses. Penyringan ini dilakukan sebanyak tiga kali. Proses selanjutnya yaitu fermentsi selema 4 hari kemudian di tambahkan campuran molases 1 liter,batang pisang dan daun gumal, kemudian disimpan 2 minggu sebelum bisa digunakan. Harga pupu cair perbotol adalah 35.000,00.
2.2   Pupuk Kompos
Pupuk kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa makhluk hidup baik hewan maupun hewan maupun tumbuhan yang dibusukka oleh organisme pengurai.Organisme pengurai atau dekompuser bisa berupa mikroorganisme ataupun mikroorganisme.Pupuk kompos berfungai sebagai sumber hara dan media tumbuh bagi tanaman.
Cara membuat pupuk Kompos yaitu sebagai berikut :
1.      Siapkan lahan seluas 10 meter persegi untuk tempat pengomposan. Lebih baik apabila tempat pengomposan diberi peneduh untuk menghindari hujan.
2.      Buat bak atau kotak persegi empat dari papan kayu dengan lebar 1 meter dan panjang 1,5 meter. Pilih papan kayu yang memiliki lebar 30-40 cm.
3.      Siapkan material organik dari sisa-sisa tanaman, bisa juga dicampur dengan kotoran ternak. Cacah bahan organic tersebut hingga menjadi potongan-potongan kecil.
4.      Masukkan bahan organik yang sudah dicacah kedalam bak kayu, kemudian padatkan. Isi seluruh bak kayu hingga penuh.
5.      Siram bahan baku kompos yang sudah tersusun dalam kotak kayu untuk memberikan kelembapan.
6.      Setelah 24 jam, suhu tumpukan kompos akan naik 65ͦC, biarkan keadaan yang panas ini hingga 2-4 hari. Fungsinya untuk membunuh bakteri patogen, jamur dan gulma.
7.      Setelah hari ke-4, turunkan suhu untuk mencegah kematian mikroorganisme decomposer.
8.      Apabila suhu sudah stabil dibawah 45ͦC, warna kompos hitam kecoklatan dan volume menyusut hingga 50% hentikan proses pembalikan. Selanjutnya adalah proses pematangan selama 14 hari.
9.      Secara teoritis, proses pengomposan selesai setelah 40-50 hari. Namun kenyataannya bisa lebih cepat atau lebih lambat tergantung dari keadaan decomposer dan bahan baku kompos.
10.  Untuk memperbaiki penampilan (apabila pupuk kompos hendak dijual) dan agar bisa disimpan lama, sebaiknya pupuk kompos diayak dan dikemas dalam karung. Simpan pupuk kompos di tempat kering dan teduh.
2.3   Biogas
Biogas di hasilkan dari proses pembuatan pupuk cair, penampungan biogas bmemiliki bentuk seperti tabung gas elpiji berukuran tinggi 170 cm dan lebar 2 meter perseg tetapi hanya terisi sepertiga dari penampungan. Untk menghasilkan sebuah gas maka harus menunggu beberapa hari sampai urin dan veses yang telah ditampung menghasilkan gas. Jangka waktu pemakaian gas dalam satu kali pembuatan bisa mencapai kuranf lebih tuju hari.
         Manfaat biogas yaitu untuk pengganti bahan bakar terutama minyak tanah serta dipergunakan untuk memasak lalu untuk bahan pengganti bahan bakar (bensi, solar).Dalam taraf besar, pembuatan biogas bisa dipakai untuk pembangkit daya listrik.Disamping itu, dari sistem pembuatan biogas bakal dihasilkan bekas kotoran ternak yang bisa segera dipergunakan untuk pupuk organic pada tanaman.
Cara membuat biogas yaitu sebagai berikut :
1.      Agar menghasilan biogas kotoran sapi digabung dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung sesaat. Pada waktu pengadukan sampah dibuang dari bak penampungan.
2.      Lumpur dari bak penampungan sesaat lalu dialirkan ke digester. Pada pengisian pertama digester mesti di isi hingga penuh.
3.      Lakukan penambahan starter sejumlah 1 liter serta isi rumen fresh dari rumah potong hewan (RPH) sejumlah 5 karung untuk kemampuan digester 3,5-5,0 m2. Sesudah digester penuh, kran gas ditutup agar berlangsung sistem vermentasi.
4.      Gas metan telah mulai dihasilkan pada hari 10 sedang pada hari ke-1 hingga ke-8 gas yang terbentuk yaitu CO2. Pada komposisi CH4 54% serta CO2 27% maka biogas akan menyala.
5.      Pada hari ke-14 gas yang terbentuk bisa di pakai untuk menyalakan api pada kompor gas atau keperluan yang lain. Hasil biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi.
6.      Digester selalu di isi lumpur kotoran sapi dengan cara kontiniu hingga di hasilkan biogas yang meksimal.
7.      Kompos yang keluar dari digester di tamping di bak penampungan kompos. Kompos cair di kemas kedalam deregant sedang bila mau di kemas dalam karung maka kompos harus di keringkan.
2.4   Mikroorganisme Starbio EM4
Proses pembuatan pupuk EM-4 dimulai dari persiapan bahan-bahan yang dibutuhkan diantaranya:
1.             Kotoran Ternak 100 kg
2.             Jerami Padi 100 kg
3.             Dedak  50 kg
4.             Serbuk Gergaji  20 kg
5.             Abu Sekam  10 kg
6.             Larutan Bioaktif (EM4) + molases 10 cc (gula encer)
Cara kerja pembuatan pupuk EM-4 sangatlah mudah dan tidak jauh berbeda dari proses pembuatan pupuk promi. Adapun cara pembuatan pupuk EM-4 yaitu:
1.         Jerami dipotong-potong ( gunakan APPO bila ada)
2.         Siapkan bahan sesuai kebutuhan
3.         Buat larutan bioactive
4.         Siram permukaan lantai fermentasi dengan larutan Bioaktive (EM4)
5.         Campurkan bahan dengan urutan komposisi bahan yaitu: Kotoran Ternak, Jerami (siram dengan larutan), Kotoran Ternak, Dedak (siram dengan larutan), Kotoran Ternak, Serbuk gergaji  (siram dengan larutan), Kotoran ternak Abu sekam (siram dengan larutan)
6.         Tutup degan terpal
7.         Simpan selama 2 minggu dengan tiap minggunya di aduk.








BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
1.    Terwujudnya peternakan yang tangguh untuk memanfaatkan ketahanan pangan nasional, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk peternak serta peningkatan kesejahteraan petani, sedangkan di Balai Desa umum memakai data hasil survey serta melalui sensus Peringkat Kesejahteraan Masyarakat (PKM) dalam bentuk indept interview dan Forum Gruop Diskusi (FGD) kepada masyarakat umum.Di Desa Bontolangkasa,kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa mendominasi petani 90% ke atas dibandingkan dengan halnya para peternak yang hanya sebagai pekerjaan Tambahan.
2.    Keadaan penduduk di Desa Bontolangkasa, kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa masih tradisional, dan lapangan kerja sangat sedikit, struktur organisasi teratur dengan baik. Perkembangan kebudayaan masih sangat kental dengan adat tradisional, serta statifikasi sosial masyarakat masih tradisional
B.  Impilikasi praktek lapang
Pada dasarnya sosiologi dan penyuluhan pertanian/peternakan memiliki kaitan erat dan memiliki manfaat yang tak jauh beda. Oleh karenanya kedua mata kuliah tersebut patut disinergikan bagi proses pembangunan perternakan. Untuk itu guna meningkatkan efektifitas pemberdayaan masyarakat tani pengembangan riset sosial perlu difokuskan pada pemecahan masalah pemberdayaan masyarakat tani tersebut.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar