LAPORAN
LENGKAP PRAKTEK LAPANG
SOSIOLOGI
MASYARAKAT DAN ILMU PENYULUHAN PETERNAKAN
(1310)
Di
Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Sosiologi Masyarakat dan
Ilmu Penyuluhan Peternakan (Jurusan Ilmu Peternakan
Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas
Islam
Negeri Alauddin Makassar
MUH
DADANG KURNIAWAN
60700114073
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Penyuluhan
pada dasarnya adalah pendidikan dimana target/sasarannya yaitu para
petani/peternak harus mengalami perubahan perilaku, dari mulai aspek yang
bersifat kognitif, afektif dan akhirnya psikomotorik.Manusia
sebagai mahluk individual mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan
hubungan dengan dirinya, sedangkan sebagai mahluk sosial manusia mempunyai
dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.
Dengan adanya dorongan atau motif
sosial, manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau untuk
mengadakan interaksi. Dengan demikian, maka akan terjadi interaksi antara
manusia dengan manusia yang lain.
Kegiatan penyuluhan banyak melibatkan
pertimbangan nilai.Tidak jarangpenyuluh dihadapkan pada keharusan memberi
informasi tidak saja demi kepentinganpetani sendiri tetapi juga untuk
kepentingan masyarakatnya secara keseluruhan.
Dengan demikian,
dari penyuluh diinginkan kemampuannya untuk dapat mendorongpetani belajar
sekaligus melakukan perubahan perilaku sasaran tanpa mengabaikan falsafah,
etika dan prinsip penyuluhan. Hal ini penting dilakukan demi tercapainya tujuan
penyuluhan itu sendiri.
2.
Rumusan
Masalah
Bagaimana
cara melihat dan mengetahui secara langsung bagaimana pertukaran sosial dalam
interaksi sosial individu dan kelompok dalam kelembagaaan masyarakat peternak
dan petani di desa Bontolangkasa Kecamatan Bontonomppo Kabupaten Gowa, Sulawesi
Selatan.
3.
Tujuan
Tujuan
dilaksanakannya praktek lapang sosiologi peternakan ini adalah untuk memperoleh
pengetahuan tentang bagaimana pertukaran
sosial dalam interaksi sosial individu dan kelompok dalam kelembagaaan masyarakat peternak dan petani
di desa Bontolangkasa Kecamatan Bontonomppo Kabupaten Gowa, dan membandingkan
dengan teori yang didapatkan dalam perkuliahan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
1.
Tinjauan
Umum
1.1 Pengertian Sosiologi
Berikut ini
definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa
ahli
1.1.1
Emile Durkheim
sosiologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak,
berfikir dan berperasaan yang berada di luar individu dimana fakta-fakta
tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu (Sukamto, 2002).
1.1.2
Selo Sumardjan
dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan
yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial termasuk perubahan social (Sukamto,
2002).
1.1.3 Soejono
Soekamto
Sosiologi adalah ilmi yang memusatkan perhatian pada segi-segi
kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum
dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat (Sukamto, 2002).
1.1.4
William
Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah
untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan
menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi
(Soelaeman, 2005).
1.1.5
Roucek dan
Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara manusia dengan kelompok social (Soelaeman,M.2005).
1.2 Penyuluhan Masyarakat.
Penggunaan
istilah “penyuluhan” di Indonesia akhir-akhir ini semakin semarak. Pemicunya
adalah, karena penggunaan istilah penyuluhan dirasa semakin kurang diminati
atau kurang dihargai oleh masyarakat. Hal ini, disebabkan karena penggunaan
istilah penyuluhan yang kurang tepat, terutama oleh banyak kalangan yang
sebenarnya “tidak memahami” esensi makna yang terkandung dalam istilah
penyuluhan itu sendiri. Di lain pihak, seiring dengan perbaikan tingkat pendidikan
masyarakat dan kemajuan teknologi informasi, peran penyuluhan semakin menurun
dibanding sebelum dasawarsa delapan-puluhan (Van den Ban, 1999).
Beberapa disiplin ilmu social telah
memberikan sumbangan yang berarti dalam pengembangan dan pendidikan penyuluhan,
termasuk pengambilan keputusan, komunikasi, psikologi belajar, perubahan sikap
dan persepsi serta penyebaran dan pemakaian inovasi. Bertitik tolak pada
didiplin ilmu tersebut (Van den Ban, 1999).
Berdasarkan teori di atas maka adapun ayat
yang berkaitan dengan sosiologi dan penyuluhan yaitu Q.S Al-Hujurat ayat 13:
$pkr'¯»tâ¨$¨Z9$#$¯RÎ)/ä3»oYø)n=yz`ÏiB9x.s4Ós\Ré&uröNä3»oYù=yèy_ur$\/qãèä©@ͬ!$t7s%ur(#þqèùu$yètGÏ94¨bÎ)ö/ä3tBtò2r&yYÏã«!$#öNä39s)ø?r&4¨bÎ)©!$#îLìÎ=tã×Î7yzÇÊÌÈ
Terjemahnya:
Hai manusia, Sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal.
Maksud
dari ayat di atas adalah Allah menegaskan bahwa Dia mahakuasa menciptakan
manusia yang pluralistic, beraneka bangsa, suku, bahasa, adat istiadat, budaya
dan warna kulit. Keaanekaragaman dan kemajemukan manusia itu bukan dimaksudkan
untuk memecah belah manusia, agar semuanya saling mengenal, bersilaturahmi, berkomunikasi,
memberi dan menerima.
Kaitan
antara ayat tersebut dengan sosiologi dan penyuluhan bahwa dengan bersosialisi
dan melakukan penyuluhan dapat saling mengenal, mengetahui masyarat serta berkomunikasi
dalam suatu tujuan bersama.
2. Tinjauan Khusus
2.1
Penyuluhan
dan peranannya
Peran penyuluhan dalam meningkatkan
produksi peternakan dan perubahan perilaku petani peternak adalah sebuah
komponene yang sangat penting, peranan penyuluhan pertanian adalah sebagai
fasilitator, motivator dan sebagai pendukung gerak usaha petani sehingga petani
dapat berusaha tani lebih baik dengan memperhatikan kelestarian dari sumber
daya alam. Hal ini sejalan dengan pendapat Mardikanto (2009), bahwa penyuluhan
adalah proses perubahan social, ekonomi, dan politik. Untuk memberdayakan dan
memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama parsitipatin,
agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholders (Individu kelompok
dan kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya
kehidupan yang semakin berdaya, mandiri dan partisipatin semakin sejahtera
secara berkelanjutan.
2.1.
Penyuluhan Sebagai Proses Penyebar-Luasan Informasi
Sebagai
terjemahan dari kata “extension”, penyuluhan dapat diartikan sebagai
prosespenyebarluasan yang dalam hal ini, merupakan peyebarluasan informasi
tentang ilmupengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan oleh perguruan
tinggi ke dalampraktek atau kegiatan praktis.Implikasi dari pengertian ini
adalah Sebagai agen penyebaran informasi, penyuluh tidak boleh hanya menunggu
aliran informasi dari sumber-sumber informasi (peneliti, pusat informasi, institusi
pemerintah, dll) melainkan harus secara aktif berburu informasi yang bermanfaat
dan atau dibutuhkan oleh masyarakat yang menjadi kliennya. Dalam hubungan ini,
penyuluh harus mengoptimalkan peman-faatan segala sumberdaya yang dimiliki
serta segala media/ saluran informasi yang dapat digunakan (media-masa,
internet, dll) agar tidak ketinggalan dan tetap dipercaya sebagai sumber
informasi “baru” oleh kliennya.
2.3
Penyuluhan Sebagai Proses Penerangan/Pemberian Penjelasan
Penyuluhan yang berasal dari kata
dasar “suluh” atau obor, eskaligus sebagai terjemahan dari kata “voorlichting”
dapat diartikan sebagai kegiatan penerangan atau memberikan terang bagi yang
dalam ke-gelapan. Sehingga, penyuluhan juga sering diartikan sebagai kegiatan
penerangan. Sebagai proses penerangan, kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas
pada memberikan penerangan, tetapi juga menjelaskan mengenai segala informasi
yang ingin disampaikan kepada kelompok-sasaran yang akan menerima manfaat
penyuluhan (beneficiaries), sehingga mereka benar-benar memahaminya seperti
yang dimaksudkan oleh penyuluh atau juru-penerangnya.
2.4
Penyuluhan peternakan
Ternak ini semula hewan liar
yang didomestikasi (jinakkan) untuk
dipelihara yang dimanfattkan tenaganya untuk bekerja. Dengan berkembangnya
teknologi sapi memiliki banyak manfaat baik dari daging, susu maupun kotoran
yang dihasilkannya.
Hampir
setiap negara di dunia memiliki ternak sapi
tetapi hanya berbeda jenis yang diternakkan, peternak bisa menghasilkan turunan
sapi yang berkualitastinggi baik dari kualitas daging maupun susu dengan cara
persilangan. Di Indonesia terdapat sapi pedaging dan penghasil susu (sapi pera)
yang tersebar dibeberapa daerah. Jenis sapi pedaging yang umum diternakkan oleh
masyarak adalah jenis sapi Bali yang dimanfaatkan daging dan tenaga dalam
bidang pertanian oleh masyarak yang masih dalam golongan tradisional.
Ternak
Sapi merupakan salah satu
aset petani yang sangat berharga.Di samping sebagai tabungan, Sapi juga sebagai penghasil
daging yang tinggi kandungan protein dan rendah kolesterol dan trigeliserida
dan dapat dibuat dalam bentuk produk olahan, seperti Sosis. Ternak sapi memiliki banyak manfaat yang bisa di jadikan
sebagai bahan penunjang kehidupdn masyarakat.
Adapun ayat yang berkaitan dengan
peternakan yaitu Q.S An-Nahl ayat 5:
zO»yè÷RF{$#ur$ygs)n=yz3öNà6s9$ygÏùÖäô$ÏßìÏÿ»oYtBur$yg÷YÏBurtbqè=à2ù's?ÇÎÈ
Terjemahan :
dan Dia telah menciptakan binatang
ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai
manfaat, dan sebahagiannya kamu makan.
Berdasarkan
ayat di atas menjelaskan bahwa manfaat dan kegunaan hewan dan binatang ternak
bagi manusia.Kulit dan binatang dapat dimanfaatkan untuk sepatu dan
pakaian.Adapun daging dan air susunya dapat dijadikan makanan.Punggung hewan
juga dapat dimanfaatkan untuk mengangkut barang atau melakukan perjalanan. Kaki
binatang dapat dimanfaatkan membajak sawah dan dapat membantu dalam proses peternakan.
BAB III
METODE
PRAKTEKLAPANG
1.
Jenis
dan Lokasi Praktek Lapang
1.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan
praktek lapang Sosiologi Masyarakat dan Ilmu Penyuluhan Peternakan,
dilaksanakan pada tanggal jum’at 5 Juni 2015, yang bertempat di Desa
Bontolangkasa Kecamatan Bontonomppo Kabupaten Gowa.
2.
Metode Pengumpulan Data
1.1
Metode
Wawancara
Metode yang dilakukan adalah wawancara langsung dengan
responden. Untuk memudahkan proses wawancara tersebut dilakukan dengan menggunakan
bantuan kuisioner atau daftar pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan
kebutuhan penelitian.
3.
Populasi
Praktek Lapang
3.1 Data
Populasi Ternak
Adapun jenis dan populasi jenis
ternak yang dimiliki ataupun yang diusahakan oleh masyarakat di Desa Bontolangkasa
Kecamatan Bontonompo adalah sapi yang berjumlah kurang lebih 40 ekor.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
Pengamatan
1.1. Lokasi
Geografis Praktikum
Desa Bontolangkasa memiliki batas-batas wilayahnya yaitu
:
-Sebelah Utara
berbatasan dengan Desa Sengkang
-Sebelah Timur
berbatasan dengan Desa Manjapai
-Sebelah Selatan berbatasan
dengan Desa Barembeng
-Sebelah Barat
berbatasan dengan Desa Tindang
Desa Bontolangkasa terletak diKecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa.Secara umum keadaan topografi Desa Bontolangkasa adalah daerah dataran yang agaktinggi. desa ini berada pada wilayah dengan topografi yang tinggi.
Secara keseluruhan wilayah Desa Bontolangkasaberada pada ketinggian antara 50 –
90 meter dari permukaan laut.
Berdasarkan letak desa ini yang tinggi sehingga irigasi
tidak bisa mengalir masuk dan jalan satu-satunya yang dilakukan masyarakat
adalah menggunakan sumur bor sebagai sumber mata air yang digunakan untk
kebutuhan rumah tangga dan bertani.
Dilihat dari kondisi objektif penggunaan lahan yang
meliputi topografi daerah dan kondisi fisik lainnya,
penggunaan lahan diDesa
Bontolangkasa, Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
secara garis besar dapat dibedakan atas persawahan dan ladang, pemukiman,
pekuburan, dan lainnya.
1.2. Gambaran
Umum Kelompok Tani
Parampunganta
Kelompok tani Parapunganta berdari pada tahun 1982 dan
sekarang kelompok tani ini diketuai oleh ........... . Kelompok tani
parapunganta mengalami perkembangan pesat, sekarang kelompok taniparapunganta
memiliki ternak kurang lebih dari 40 ekor sapi. Pengelola kelompok tani
mempunyai keterampilan dalam memanfaatkan kotoran sapi (urin dan vases) yang
diolah menjadi pupuk cair dan Biogas.
1.3.
Penyuluhan Masyarakat
Penyuluhan ini dilaksanakan di Desa Bontolangkasa,
Kecematan Bontonompo, Kabupaten Gowa untu mengamati Masyarakat dan kelompok
tani. Pada masyarakat dilakukan sebuah metode wawancara terhadap responden yang
bernama Syamsia tentang aktivitas beternak dan bertani serta hal lain yang
menyangkut kehidupan. Menurut responden pekerjaan utamanya adalah bertani (padi
dan sayur-sayuran), Praktikum juga mengajukan pertanyaan tentang letak
geografis yang bisa di jadikan sebagai sumber acuan dalam penyusunan laporan.
Selain masyarakat praktikum juga mengamati kelompok tani Parapunganta tentang
pembuatan Biogas dan Pupuk cair yang secara langsung diperlihatkan dan
diuraikan bagaimana proses awal hingga menjadi Biogas dan pupuk cair yang bisa
digunakan dalam rumah tangga dan para petani. Menerut hasil Wawancara dari
responden yang berpandapat bahwa kualitas pupuk cair lebih bagus dari pada
pupuk Urea yang umum dipakai oleh masyarakat.
2. Pembahasan
2.1 Pupuk Cair
Pupuk cair tidak bisa dijadikan pupuk utama dalam
bercocok tanam.Sebaiknya gunakan pupuk organic padat sebagai pupuk utama.Jenis
pupuk cair lebih efektif dan efisien jika diaplikasikan pada daun, bunga dan
batang dibanding pada media tanam (kecuali pada metode hidroponik).Pupuk cair
bisa berfungsi sebagai perangsang tumbuh.Terutama saat tanaman melai bertunas
atau saat perubahan dari fase vegetative ke generative untuk merangsang
pertumbuhan buah dan biji.
Dalam pembuatan pupuk ini diperlukan beberapa proses yang
lama untuk menghasilkan pupuk cair. Proses pertama urin dicampur dengan veses
dengan perbandingan 1:3 kemudian diaduk dalam sebuah tempat hingga merata
kemudian di alirkan kedalam bak penampungan dan mengalir pada penampungan
selanjutnya. Proses kedua urin dan veses yang telah diaduk kemudian disaring
agar terpisah dari gumpalan-gumpalan
(padat) veses. Penyringan ini dilakukan
sebanyak tiga kali. Proses selanjutnya yaitu fermentsi selema 4 hari kemudian
di tambahkan campuran molases 1 liter,batang pisang dan daun gumal, kemudian
disimpan 2 minggu sebelum bisa digunakan. Harga pupu cair perbotol adalah
35.000,00.
2.2 Pupuk Kompos
Pupuk
kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa makhluk hidup baik hewan
maupun hewan maupun tumbuhan yang dibusukka oleh organisme pengurai.Organisme
pengurai atau dekompuser bisa berupa mikroorganisme ataupun
mikroorganisme.Pupuk kompos berfungai sebagai sumber hara dan media tumbuh bagi
tanaman.
Cara
membuat pupuk Kompos yaitu sebagai berikut :
1.
Siapkan
lahan seluas 10 meter persegi untuk tempat pengomposan. Lebih baik apabila
tempat pengomposan diberi peneduh untuk menghindari hujan.
2.
Buat
bak atau kotak persegi empat dari papan kayu dengan lebar 1 meter dan panjang
1,5 meter. Pilih papan kayu yang memiliki lebar 30-40 cm.
3.
Siapkan
material organik dari sisa-sisa tanaman, bisa juga dicampur dengan kotoran
ternak. Cacah bahan organic tersebut hingga menjadi potongan-potongan kecil.
4.
Masukkan
bahan organik yang sudah dicacah kedalam bak kayu, kemudian padatkan. Isi
seluruh bak kayu hingga penuh.
5.
Siram
bahan baku kompos yang sudah tersusun dalam kotak kayu untuk memberikan
kelembapan.
6.
Setelah
24 jam, suhu tumpukan kompos akan naik 65ͦC, biarkan keadaan yang panas ini
hingga 2-4 hari. Fungsinya untuk membunuh bakteri patogen, jamur dan gulma.
7.
Setelah
hari ke-4, turunkan suhu untuk mencegah kematian mikroorganisme decomposer.
8.
Apabila
suhu sudah stabil dibawah 45ͦC, warna kompos hitam kecoklatan dan volume
menyusut hingga 50% hentikan proses pembalikan. Selanjutnya adalah proses
pematangan selama 14 hari.
9.
Secara
teoritis, proses pengomposan selesai setelah 40-50 hari. Namun kenyataannya
bisa lebih cepat atau lebih lambat tergantung dari keadaan decomposer dan bahan
baku kompos.
10.
Untuk
memperbaiki penampilan (apabila pupuk kompos hendak dijual) dan agar bisa
disimpan lama, sebaiknya pupuk kompos diayak dan dikemas dalam karung. Simpan
pupuk kompos di tempat kering dan teduh.
2.3 Biogas
Biogas di hasilkan dari proses pembuatan pupuk cair,
penampungan biogas bmemiliki bentuk seperti tabung gas elpiji berukuran tinggi
170 cm dan lebar 2 meter perseg tetapi hanya terisi sepertiga dari penampungan.
Untk menghasilkan sebuah gas maka harus menunggu beberapa hari sampai urin dan
veses yang telah ditampung menghasilkan gas. Jangka waktu pemakaian gas dalam
satu kali pembuatan bisa mencapai kuranf lebih tuju hari.
Manfaat biogas yaitu untuk pengganti
bahan bakar terutama minyak tanah serta dipergunakan untuk memasak lalu untuk
bahan pengganti bahan bakar (bensi, solar).Dalam taraf besar, pembuatan biogas
bisa dipakai untuk pembangkit daya listrik.Disamping itu, dari sistem pembuatan
biogas bakal dihasilkan bekas kotoran ternak yang bisa segera dipergunakan
untuk pupuk organic pada tanaman.
Cara
membuat biogas yaitu sebagai berikut :
1.
Agar
menghasilan biogas kotoran sapi digabung dengan air sampai terbentuk lumpur
dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung sesaat. Pada waktu pengadukan sampah
dibuang dari bak penampungan.
2.
Lumpur
dari bak penampungan sesaat lalu dialirkan ke digester. Pada pengisian pertama
digester mesti di isi hingga penuh.
3.
Lakukan
penambahan starter sejumlah 1 liter serta isi rumen fresh dari rumah potong
hewan (RPH) sejumlah 5 karung untuk kemampuan digester 3,5-5,0 m2.
Sesudah digester penuh, kran gas ditutup agar berlangsung sistem vermentasi.
4.
Gas
metan telah mulai dihasilkan pada hari 10 sedang pada hari ke-1 hingga ke-8 gas
yang terbentuk yaitu CO2. Pada komposisi CH4 54% serta CO2 27% maka biogas akan
menyala.
5.
Pada
hari ke-14 gas yang terbentuk bisa di pakai untuk menyalakan api pada kompor
gas atau keperluan yang lain. Hasil biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran
sapi.
6.
Digester
selalu di isi lumpur kotoran sapi dengan cara kontiniu hingga di hasilkan
biogas yang meksimal.
7.
Kompos
yang keluar dari digester di tamping di bak penampungan kompos. Kompos cair di
kemas kedalam deregant sedang bila mau di kemas dalam karung maka kompos harus
di keringkan.
2.4 Mikroorganisme Starbio EM4
Proses
pembuatan pupuk EM-4 dimulai dari persiapan bahan-bahan yang dibutuhkan diantaranya:
1.
Kotoran Ternak 100 kg
2.
Jerami Padi 100 kg
3.
Dedak 50 kg
4.
Serbuk Gergaji 20 kg
5.
Abu Sekam 10 kg
6.
Larutan Bioaktif (EM4) + molases 10
cc (gula encer)
Cara kerja pembuatan pupuk EM-4
sangatlah mudah dan tidak jauh berbeda dari proses pembuatan pupuk promi.
Adapun cara pembuatan pupuk EM-4 yaitu:
1.
Jerami dipotong-potong ( gunakan
APPO bila ada)
2.
Siapkan bahan sesuai kebutuhan
3.
Buat larutan bioactive
4.
Siram permukaan lantai fermentasi
dengan larutan Bioaktive (EM4)
5.
Campurkan bahan dengan urutan
komposisi bahan yaitu: Kotoran Ternak, Jerami (siram dengan larutan), Kotoran
Ternak, Dedak (siram dengan larutan), Kotoran Ternak, Serbuk gergaji (siram dengan larutan), Kotoran ternak Abu
sekam (siram dengan larutan)
6.
Tutup degan terpal
7.
Simpan selama 2 minggu dengan tiap
minggunya di aduk.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Terwujudnya peternakan yang tangguh
untuk memanfaatkan ketahanan pangan nasional, peningkatan nilai tambah dan daya
saing produk peternak serta peningkatan kesejahteraan petani, sedangkan di
Balai Desa umum memakai data hasil survey serta melalui sensus Peringkat
Kesejahteraan Masyarakat (PKM) dalam bentuk indept interview dan Forum Gruop
Diskusi (FGD) kepada masyarakat umum.Di Desa Bontolangkasa,kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa mendominasi petani 90%
ke atas dibandingkan dengan halnya para peternak yang hanya sebagai pekerjaan Tambahan.
2. Keadaan penduduk di Desa
Bontolangkasa, kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa masih tradisional, dan lapangan kerja sangat
sedikit, struktur organisasi teratur dengan baik. Perkembangan kebudayaan masih
sangat kental dengan adat tradisional, serta statifikasi sosial masyarakat
masih tradisional
B.
Impilikasi
praktek lapang
Pada
dasarnya sosiologi dan penyuluhan pertanian/peternakan
memiliki kaitan erat dan memiliki manfaat yang tak jauh beda. Oleh karenanya
kedua mata kuliah tersebut patut disinergikan bagi proses pembangunan perternakan.
Untuk itu guna meningkatkan efektifitas pemberdayaan masyarakat tani
pengembangan riset sosial perlu difokuskan pada pemecahan
masalah pemberdayaan masyarakat tani tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar